Kabsyah binti Rafi’, Teladan para Ibu

KISAH INSPIRATIF — Di balik anak hebat, ada ibu hebat yang mendidiknya. Teladan ibu hebat kali ini bisa kita petik dari kisah ibunda seorang sahabat yang kematiannya mengguncang Arsy Ar-Rahman. Ia adalah ibunda Sa’ad bin Muadz. Ia bernama lengkap Kabsyah binti Rafi’ bin Ubaid bin Al-Abjur (Khadrah) bin ‘Auf bin Al-Khazraj al-Anshariyah al-Khadariyah. Ibunya bernama Ummur Rabi’ binti Malik bin ‘Amir bin Fuhairah bin Bayyaadhah.

Kabsyah merupakan salah satu wanita Anshar yang pertama masuk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah ﷺ. Suaminya bernama Mu’adz bin Nu’man dari bani Abdul Asyhal. Anak-anak Kabsyah ialah Sa’ad, ‘Amr, Iyyas, Aus, ‘Aqrab, dan Ummu Hazzam.

Sosok Kabsyah menjadi teladan para ibu karena senantiasa mendorong anak-anaknya agar berjihad ke medan perang. Kedua buah hatinya, yakni Sa’ad dan Amr menjadi pejuang Islam yang tangguh di medan perang. Keduanya syahid demi menegakkan Islam dan meninggikan kalimat Allah Taala.

Kisah Perang Uhud

Ada dua kisah heroik menarik yang dilakukan Kabsyah sehingga layak dijadikan inspirasi serta panutan bagi kaum ibu.

Pertama, pada Perang Uhud, Kabsyah mengirim dua orang putranya untuk berperang dan membela agama Allah Taala. Ia keluar untuk meyakinkan dirinya tentang keadaan Rasulullah ﷺ. Ia memerhatikan wajah-wajah pasukan kaum muslimin yang kembali dari peperangan dan mencari kedua putranya. Namun, salah seorang putranya telah syahid dalam peperangan. Pada saat itu, anaknya yang gugur syahid di Perang Uhud adalah Amr bin Mu’adz. Dhirar bin Khaththab yang saat itu belum masuk Islam telah membunuhnya.

Kabsyah adalah sosok wanita Ansar yang mendahulukan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Sosoknya yang tangguh di medan perang, sabar menghadapi ujian, dan gigih menolong agama Allah sangat tampak pada dua putranya yang mendapat gelar syuhada.

Demikianlah, sejarah mencatat bahwa Kabsyah merupakan seorang ibu penyabar. Ia merelakan putranya di jalan Allah dengan penuh keridaan sehingga musibah kematian putranya menjadi ringan baginya.

Kisah Perang Khandaq

Ketika keluar menuju Perang Khandaq, Rasulullah saw. menempatkan anak-anak dan para wanita di benteng karena khawatir diserang musuh. Diriwayatkan dari Aisyah ra., ia berkata, “Kami berada di dalam benteng Bani Haritsah. Saat itu, Ummu Sa’ad bersama kami. Lalu Sa’ad bin Muadz lewat dengan memakai baju besi yang terbuka pada bagian kedua tangannya. Demi Allah, pada waktu itu aku sungguh khawatir ia akan terluka karena kondisi tangannya, sambil bersenandung dengan sebait syair:

Hamal (bin Sa’adah) pun berhenti sejenak memerhatikan medan perang.

Sungguh indah kematian jika ajal telah menjelang.

Lalu ibunya berkata, “Wahai putraku, bersegeralah menyusul Rasulullah. Demi Allah, engkau sudah terlambat.” Aku (Aisyah) bertanya kepadanya, “Wahai Ibu Sa’ad, engkau tidak ingin baju besi Sa’ad lebih sempurna dari yang ia pakai?”

Dukungan, ketegaran, dan keberanian ibunda Sa’ad sungguh menakjubkan. Ia membiarkan anaknya memakai baju besi yang tidak sempurna. Bagi Kabsyah, hidup atau mati dalam perjuangan sama-sama menguntungkan.

Khatimah

Inilah keberanian seorang ibu dan dua putranya. Ibu mana yang mampu mendorong anaknya dengan keyakinan sepenuh hati untuk berperang serta menyuruhnya bersegera agar tidak tertinggal dari Rasulullah ﷺ? Keberanian Kabsyah memberi keberanian yang sama kepada Sa’ad bin Muadz.

Kisah Kabsyah dan anak-anaknya memberi arti penting bahwa ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sejarah telah mengabadikan nama Kabsyah binti Rafi’ sebagai ibu hebat nan tangguh. Meski menangisi kepergian putranya, tetapi ia tidak akan memberikan seluruh kesedihannya kepada putranya tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Setiap wanita yang menangis pasti berlebihan, kecuali Ummu Sa’ad. Apa yang ia katakan merupakan kebaikan, jadi ia tidak akan berdusta.”  [MNews/YG] [sumber: muslimahnews.net]

Facebook
WhatsApp
Twitter
Email
Telegram
Scroll to Top